Jumat, 14 Maret 2014

Latar Belakang Eropa ( Portugis da Spanyol) Datang ke Afrika

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan) di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.
Spanyol dan Portugis merupakan 2 bangsa eropa yang merintis pelayaran dan kolonialisasi yang terjadi di afrika. Pada abad ke 15 dimulailah penaklukkan benua Afrika oleh orang Portugis yang dimulai dengan merebut pulau Ceuta dari tangan orang-orang Islam, yang dilanjutkan dengan menduduki tanjung Bojador, Tanjung Verde, Tanjung Palmas, Pengaruh Portugis semakin besar ketika Bartholomeus Diaz telah sampai di tanjung harapan. Kemudian pelayaran orang-orang Portugis dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang melewati Tanjung Harapan dan akhirnya berhasil mencapai India . Portugis juga banyak mendirikan benteng-benteng di sepanjang pantai Afrika, benteng tersbut didirikan untuk melindungi rute perdagangan Portugis. Dapat diketahui bahwa pada waktu itu tidak hanya Portugis yang mengetahui kekayaan Alam benua Afrika, akan tetapi rival mereka Spanyol juga mengetahui hal tersebut. Untuk mencegah terjadinya konflik antara kedua negara Eropa Tersebut, akhirnya paus mengintervensi kedua negara ini, paus memiliki kekuasaan karna kedua negara ini merupakan penganut agama Katolik yang taat, sehingga kebijakan Paus akan didengarkan. Akhirnya terlahirlah perjanjian Tordesillas pada tanggal 6 Juni 1494. Perjanjian tersebut membagi dunia luar benua Eropa menjadi 2. Yaitu bagian barat untuk Portugal dan Bagian Timur untuk Spanyol. Hasilnya seluruh Afrika dan hampir seluruh benua Asia berada di bawah kekuasaan Portugal, dan Spanyol mendapatkan seluruh kekuasaan penuh di Benua Amerika. 
1.2      Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1.     Apa yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Bagaimana proses imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Apa saja dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
1.3      Tujuan dan Manfaat
1.3.1       Tujuan Pembuatan makalah ini yaitu :
1.     Menjelaskan tentang latar belakang kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Menjelaskan tentang bagaimana proses imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Menjelaskan tentang dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
 1.3.2   Manfaat pembuatan makalah ini yaitu :
1.     Memberikan informasi tentang latar belakang kedatangan bangsa Portugal dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Memberikan informasi tentang proses imperialisme bangsa Portugal dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Memberikan informasi dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
1.4       Metode Penulisan
  Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis mencari materi melalui  media massa/ internet


BAB II
PEMBAHASAN
2.1      Latar Belakang Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol ke Afrika
Hal-hal yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang ke Afrika yaitu addanya beberapa faktor-faktor pendorong diantaranya sebagai berikut:
1.   Faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia.
2.   Faktor ekonomi.
3.   Faktor ingin memperluas wilayah jajahan.
Dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan dari bangsa Barat untuk menguasai wilayah Afrika, selain faktor-faktor tersebut didukung pula semangat yanh ditimbulkan dari semboyan dari  3 G, yaitu Glory, Gold, dan Gospel. Glory memiliki arti kejayaan, Gold memiliki arti mencari kekayaan, dan Gospel memiliki arti menyebarkan agama, dalam hal ini adalah agama Nasrani. dari semboyan 3G ini menyebabkan banyak sekali negara-negara Barat untuk merealisasikannya,  khususnya semboyan Glory yang berarti kejayaan. ini menimbulkan semangat besar yang menyebabkan banyak negara-negara Eropa yang berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan di berbagai wilayah lain di belahan bumi seperti di benua Asia, benua Amerika, dan tak terkecuali di benua Afrika sebagai upaya untuk mendapatkan kejayaan dan harga diri yang lebih tinggi dari negara-negara Eropa lainnya, oleh karena itu mereka, berusaha mendapatkan wilayah jajahan yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang ada di wilayah-wilayah tersebut yang nantinya dari kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan di berbagai bidang, terutama bidang Industri dan ekonomi, dengan kata lain tanah jajahan diwujudkan semata-mata untuk mengumpulkan dan menyimpan keperluan bahan mentah dari wilayah-wilayah jajahan dan menjadi pasaran untuk hasil keluaran industri negara. Tak terkecuali sumber daya manusianya, karena dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini sudah jelas membantu negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam hal produksi, karena mereka mendapatkan suntikan dari tenaga-tenaga manusia yang mereka rekrut dari wilayah jajahannya yang jelas tenaga-tenaga manusia dari negara jajahan mereka ini sangat murah sehingga dapat menekan pengeluaran dari proses produksi industri tersebut.
2.2      Proses Imperialisme Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Afrika
2.2.1 Afrika dibawah kekuasaan portugis
Portugal merupakan salah satu negara printis eksplorasi benua Afrika, dan yang patut diketahui bahwa Portugal merupakan negara Eropa yang paling lama menjelajah Eropa. Koloni-koloni Portugal yang terpenting adalah Angola, Mozambique, dan disebelah barat ialah Guinea, dan kepulauan-kepulaun kecil seperti cape Verde, Sao Tome dan Principe. Selama lima abad Portugal berhasil menanamkan pengaruh-pengaruhnya di daerah koloni di Afrika, pada saat negara-negara Eropa yang memilki wilayah koloni di Afrika melakukan politik imperialism moderen, politik colonial Portugal tetap menggunakan system lama yang sangat unik, ketika perang dunia kedua berakhir maka muncul aliran baru di Portugal untuk memperbaruhi system politik di daerah koloni . Salah satu penyebab mengapa Portugal mempertahankan wilayahnya di daerah Angola ialah, Portugal mampu menguasai rute perdagangan budak dan emas. Pada abad ke 19 hanya ada 1832 orang kulit putih yang ada di daerah tersebut . Pertambahan jumlah orang Portugal di wilayah Angola tidak diimbangi dengan control administrasi yang lebih baik oleh pemerintah colonial, akhirnya banyak terjadi kesemerautan di daerah tersebut, keadaan ini tentu saja dapat membahayakan kedudukan pemerintah Kolonial. Selain itu jumlah penduduk kulit putih yang sedikit jumlahnya disebabkan karena, penduduk kulit putih tidak memiliki sistm kekebalan tubuh yang sama dengan penduduk pribumi, sehingga gampang sekali terserang penyakit tropis.
Proses kolonialisasi Portugal terhadap wilayah Afrika khususnya Mozambique dan Angola bisa disebabkan oleh 2 Faktor utama yaitu :
1.   Portugal mendirikan tempat penyimpanan makanan di sepanjang pantai yang dilalui oleh rute pelayaran. Tempat penyimpanan makanan ini biasanya merupakan benteng pertahanan yang sangat kokoh, walaupun memiliki benteng di pesisir pantai, tetapi orang-orang Portugis belum bisa menguasai daratan pedalaman. Timbulnya resistensi dari penduduk local menyebakan meletusnya perlawanan local, pada akhir abad ke 18 perlawanan itu berhasil diatasi dan di konferensi Berlin, negara-negara Eropa lainnya meminta agar Portugal membuktikan eksistensinya terhadap wilayah Angola dan Mozambique. Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah Kolonial Portugal lebih betindak agresif dalam menghadapi seluruh resistensi local yang dapat membahayakan kesatbilan daerah colonial. Bangsa Portugal membutuhkan waktu 13 tahun, yaitu dari tahun 1906 sampai 1919 untuk menahklukkan Angola. Mozambique dapat ditahklukkan oleh Enes dan Albuquerque, setelah dapat menahklukkan wilayah Gaza pada tanhun 1896, pengamanan di wilayah utara pun akhirnya selesai pada tahun 1904. Dengan kejatuhan Mokombe raja dari Barwe pada tahun 1918, maka perlawanan bersenjata untuk sementara berhenti . Banyaknya negara eropa yang memperebutkan benua Afrika memunculkan berbagai macam konflik antara negara Eropa itu sendiri. Portugal tersebuit mempunyai ambisi untuk memperluas daerah wilayah koloninya di Afrika mulai dari Angola hingga dapat digabungkan atau disatukan dengan Mozambique . 
2.   Terdapat keganjilan di bidang ekonomi di daerah kolonial, yaitu segala aktivitas perekonomian yang dilakukan hanya boleh dilakukan atas nama raja. Sehingga mereka kehilangan inisiatif dalam bidang ekonomi, selain itu mereka menjadi aristocrat yang sangat komersil, sehingga mereka menggunakan cara-cara feudal untuk memenuhi kebutuhan perekonomian mereka. adanya kemerdekaan Brazil pada tahun 1822 dan dihapuskan perbudakan pada tahun 1844, menyebabkan pemerintah colonial Portugal mendapatkan pukulan yang sangat telak, karena dapat diketahui bahwa komoditas ekspor yang dihasilkan oleh kawasan colonial mulai menurun. Selain itu Portugal juga telah dinilai gagal bersaing dengan negara Eropa lain dalam bidang industry. Kehadiran Portugal di Afrika kurang dirasakan, karena suatu proses Kolonialisasi tidak hanya ditopang oleh kekuatan angkatan bersenjata tetapi pembangunan ekonomi yang mampu menopang seluruh aktivitas di daerah koloni dan negeri induk, sehingga Portugal dapat mempertahankan daerah koloninya. 
         Pada saat konferensi Berlin posisi Portugal terdesak akan tetapi Portugal mendapat bantuan dari Inggris untuk mempertahankan koloninya di Angola dan Mozambique. Hal ini dilakukan Portugal untuk membendung laju pergerakan jerman yang memang mengincar daerah koloni Portugal. Bagi Portugal daerah koloni memiliki peranan yang sangat penting yaitu, daerah koloni sangat mampu untuk melindungi ekonomi mereka, karena daerah koloni menyediakan berbagai barang mentah yang digunakan sebagai bahan baku industry, bahan baku tersebut sangat murah ketimbang harga pasaran dunia pada waktu itu, sehingga hasil produksi portugis lebih murah ketimbang negara lain . Kedua hasil ekspor tersebut membuat Portugal memilki keuntungan yang besar, sehingga kekurangan anggaran mereka dapat diatasi dengan cara tersebut. Untuk mempertahankan cara ini Portugal hanya menempatkan orang-orangnya dikwasan yang strategis, dalam artian daerah trsebut merupakan wilayah yang memiliki suatu tingkat keekonomisan yang sangat tinggi. 
a.           Proses Interaksi Budaya
         Seperti negara-negara imperialis lainnya, untuk mempertahankan kekuasaannya di Afrika Portugis harus menguasai, atau melakukan suatu brain storming kepada penduduk pribumi khususnya dalam bidang Iptek, budaya dan bidang sosial, hal tersebut harus dilakukan agar tingkah laku penduduk pribumi dapat diarahkan untuk dapat memenuhi kepentingan colonial dan tidak membahayakan kestabilan pemerintah colonial. Pada awalnya penaklukkan bangsa Portugis terhadap penduduk pribumi dilakukan atas dasar keyakinan religious, yaitu mengganti tuhan-tuhan berhala yang dimiliki oleh penduduk pribumi dangan keimanan Kristiani, oleh karena itu proses penahklukkan tersebut tidak terlalu mendapatkan suatu kritikan dari Paus, walaupun pada akhirnya lambat laun motif agama tersbut beralih ke motif ekonomi.
Atas dasar agama itu juga yang menyebabkan setiap pelayaran atau penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis selalu didampingi oleh rohaniawan. Sama halnya dengan spanyol, untuk menguasai seluruh wilayah koloninya, bangsa portugis harus menyatukan bangsa pribumi kedalam satu kepemerintahan dan satu keyakinan beragama, yaitu iman Kristiani. Untuk mencapai hal tersebut banyak didirikan gereja-gereja di daerah koloni, fungsi gereja tersebut tidak lepas dari tempat pengkonversian penduduk pribumi ke agama katolik, dengan melakukan suatu pendidikan intensif yang hanya dilakukan oleh para rohaniwan ke beberapa kalangan penduduk pribumi. Mereka bermaksud untuk mengajarkan suatu tingkah laku atau kebudayaan eropa yang harus mereka tiru. 
         Gereja katolik juga memilki peranan yang sangat aktif untuk tetap menjaga ketaatan penduduk pribumi agar tidak melakukan suatu proses resistensi terhadap pemerintahan colonial, yaitu dengan cara para rohaniawan berperan aktif terhadap penduduk pribumi dengan memberikan pengetahuan dasar eropa seperti mambaca, menulis dan berhitung. Selain itu para rohaniawan tidak lupa untuk memberikan dogma iman Kristen, agar membuat penduduk pribumi ini tetap taat dan disiplin terhadap pemerintah, akan tetapi proses akulturasi ini membuat bangsa pribumi tidak memiliki kemampuan yang sama dengan bangsa kulit putih, selain itu mereka tidak bisa berpikir terbuka dan aktif . Dengan kata lain proses tersebut membuat watak bangsa pribumi tetap sebagai sebuah bangsa inferior, yang memang harus dijajah oleh bangsa Eropa yang superior.
Pada tahun 1950, politik colonial Portugal mengalami suatu perubahan yang sangat drastic, system ini hampir sama dengan yang dianut oleh Perancis. System ini lebih menitik beratkan kepada proses asimilasi budaya, yaitu persamaan ras dengan perbedaan tingkat kebudayaan . Untuk mencapai hal tersebut pemerintahan colonial membedakan menjadi tiga macam tingkat kemajuan penduduk, yang pertama ialah penduduk yang telah maju atau civilized natives, yang kedua ialah penduduk pribumi setengah maju, semi civilizd, dua kelompok tersebut hidup dikota-kota dan pinggir kota, mereka juga termasuk golongan minoritas, dan yang terakhir ialah penduduk pribumi yang belum terdidik, yang merupakan mayoritas , mereka berdiam di daerah-daerah diluar dari kota .
         Pada Juni 1951, Pemerintah portugal di bawah kediktatoran Dr. Salazer mengumumkan secara resmi bahwa koloni-koloni milik Portugal dijadikan sebuah provinsi di seberang lautan, hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut ialah pemerintah Portugal ingin menciptakan suatu imperium yang disebut “Greater Portugal”, imperium tersebut berfungsi untuk melanjutkan kejayaan Portugal seperti zaman dahulu . Konsepsi yang dianut oleh Portugal hampir sama dengan konsepsi imperium yang dimiliki oleh Perancis, hanya saja pemerintah colonial Perancis terkesan cenderung moderat, dengan memberikan suatu janji bahwa suatu saat rakyat pribumi akan diberikan kesempatan untuk melakukan suatu pemerintahan di negeri mereka sendiri. Sedangkan Portugal tidak memiliki niat untuk memberikan suatu kemerdekaan pemerintahan kepada daerah kolonialnya, hal tersebut merupakan perbedaan konsepsi antara Perancis dengan Portugal . Seperti tindakan pemerintah colonial lainnya, pemerintah Portugal berusaha melakukan suatu tindakan isolasi terhadap daerah koloninya supaya tidak ada pengaruh asing, yang mampu mengganggu kestabilan politik pemerintahan kolonial. Akan tetapi usaha tersebut menemukan suatu kegagalan, hal tersebut semakin diperparah setelah Belgia memberikan kemerdekaan kepada kongo, penduduk pribumi yang berada di daerah koloni Portugal pun menuntut kemerdekaan juga.
b.           Resistensi Penduduk Pribumi di bidang Kebudayaan 
Penduduk pribumi berhasil mempertahankan kebudayaan asli mereka dengan melakukan tardisi penyebaran suatu kisah dari mulut ke mulut, selain itu bentuk resistensi mereka terhadap orang kulit putih direpresentasikan dengan sebuah lagu, yaitu seperti yang dilakukan oleh penduduk Cuanhamas yang berada di wilaya Angola, mereka menyanyakian lagu tersebut atas ketidakadilan yang mereka derita, akibat kekalahan mereka dengan orang kulit putih.
Tidak hanya suku Cuanhamas saja yang melakukan resistensi budaya tersebut, tetapi suku-suku lainnya juga melakukan hal serupa, seperti penduduk asli Mozambique, mereka menyanyikan lagu tersebut akibat penderitaan mereka yang terusir dari kampung halaman mereka.
Pemerintah Portugal juga berusaha untuk menciptakan suatu elit di kalangan penduduk pribumi yang mempunyai tujuan memiliki suatu komunitas elit pribumi yang mempunyai kesamaan perspektif terhadap pemerintah colonial, dengan hal tersebut diharapkan bahwa elit-elit pribumi tersebut dapat menghasut kawan sebangsanya agar mau menuruti pemerintah colonial Portugal. Untuk menjadi elit tersebut dibutuhkan suatu kerja keras bagi penduduk pribumi, kedudukan elit-elit pribumi sejajar dengan bangsa Portugis, syarat yang harus ditempuh untuk menjadi elit tersebut atau biasa disebut sebagai Assimilado syarat pertama mereka harus bisa membaca serta menulis, dan menguasai kebudayaan-kebudayaan Portugal, yang kedua mereka juga harus membayar pajak yang sangat besar, sehingga hampir seluruh warga pribumi yang memiliki kemampuan menjadi Assimilado tidak mau menjadi elit tersebut, dikarenakan pajak yang sangat tinggi yang harus mereka bayar. 
2.2.2   Afrika dibawah Kekuasaan Spanyol
         Berdasarkan perjanjian Tordesillas, Portugal mempunyai hak untuk menguasai seluruh wilayah Afrika, akan tetapi Spanyol juga memproleh daerah koloni di benua Afrika. Bagi Spanyol daerah koloni yang paling berarti terletak di wilayah Maroko, karena di wilayah tersebut terpadat jumlah penduduknya, yaitu sekitar 1 juta orang. Wilayah yang sangat kecil tersebut hanya digunakan sebagai pangkalan militer untuk menjaga kestabilan negeri induk, selain itu wilayah koloni tersebut juga digunakan sebagai basis rute perdagangan antara Eropa dengan koloni Spanyol lainnya di benua Afrika dan Amerika.
         Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada Spanyol. Selain itu di tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan spanyol. Akibat ketidakberesan ditubuh militer, akhirnya terjadi pemberontakan di kalangan tentara Spanyol sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan ini menyebabkan posisi Spanyol terancam, tetapi pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol juga membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut, sehingga daerah koloni Spanyol pada masa itu merupakan salah satu daerah yang termaju, dibandingkan dengan daerah koloni di benua Afrika lainnya. Pada tahun 1956 Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan Mohammed V mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah Maroko yang masih dikuasai oleh Spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko. Akhirnya dengan dihapuskannya pemerintahan internasional di Tanger, maka akhirnya Maroko menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas desakan dunia internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.
         Pada tahun 1959, wilayah koloni Spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan yang sama dengan provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para nasionalis Guinea dan PBB, maka Spanyol akhirnya memberikan kemerdekaan pada bulan Maret 1968, setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki pendapatan tertinggi dibandingkan negara-ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka. 
2.3      Dampak Imperialisme Bagi Afrika dan Bangsa Barat
Dampak imperialisme bagi bangsa Afrika dan bangsa Barat di Afrika adalah sebagai berikut:
2.3.1 Bagi Afrika
a.   Mengenal adanya teknologi modern.
b.   Mengenal sistem perdagangan dan pemerintahan yang lebih baik.
c.    Sumber daya alam diambil oleh bangsa barat.
2.3.2   Bagi negara Barat
a.   Mendapatkan tenaga kerja yang murah.
b.   Mendapatkan SDA yang dapat meningkatkan ekonomi negaranya.
c.   Banyak mengeluarkan dana untuk memperluas wilayah jajahan.
d.   Timbulnya persaingan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan.

BAB III
PENUTUP
3.1      Kesimpulan
Rivalitas yang terjadi antara Spanyol dengan Portugal telah berlangsung sangat lama. Persaingan tersebut juga terjadi di benua Afrika, berdasarkan perjanjian Tordesillas maka seluruh wilayah di benua Afrika hanya berhak dikuasai oleh Portugal. Sebagai gantinya spanyol bebas menguasai seluruh benua Amerika. Dengan dominasai yang sangat besar sejak awal abad ke 15 Portugal mampu menguasai seluruh rute perdagangan di Afrika, dan keadaan ini bertahan hingga lebih dari 250 tahun. Ketika bangsa-bangsa Eropa lainnya tertarik dengan benua Afrika maka timbullah suatu konflik antara negara-negara tersebut, tetapi hal tersebut berhasil diatasi dengan diadaknnya konferensi Berlin, yang mengatur adanya pembagian wilayah-wilayah koloni di benua Afrika. Sejak saat itu wilayah kekuasaan Portugal didaerah benua Afrika semakin lemah. Tentu saja hal ini membahayakan kedudukan politik Portugal karena pemerintah colonial dapat saja disetir oleh para penanam modal tersebut. Selain itu keadaan wilayah koloni Spanyol di Afrika sangat kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kestabilan daerah colonial lainnya. Wilayah yang kecil tersebut bagi spanyol digunakan untuk mengamankan rute perdagangan mereka, selain itu selama mempertahankan wilayah mereka, banyak resistensi dari penduduk pribumi terutama yang telah terpengaruh oleh agama Islam.
.
3.2   Saran
         Sebagai manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan kami yakin para pembaca juga ingin lebih mengerti tentang pemerintahan Deandels dan Raffles, maka kami menyarankan para pembaca memperbanyak membaca dari sumber-sumber yang lain.


DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Portuguese_East_Africa, diakses pada 28 September ,  Pukul 11.40 WIB.
http://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_Empire, diakses pada 28 September , Pukul 11.446 WIB.
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Vita . 1969. 
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid I1. Yogyakarta : Gadjah Mada Press. 1974. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar