BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan) di mana sebuah negara besar
dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah
itu.
Spanyol dan Portugis merupakan 2
bangsa eropa yang merintis pelayaran dan kolonialisasi yang terjadi di afrika. Pada
abad ke 15 dimulailah penaklukkan benua Afrika oleh orang Portugis yang dimulai
dengan merebut pulau Ceuta dari tangan orang-orang Islam, yang dilanjutkan
dengan menduduki tanjung Bojador, Tanjung Verde, Tanjung Palmas, Pengaruh
Portugis semakin besar ketika Bartholomeus Diaz telah sampai di tanjung
harapan. Kemudian pelayaran orang-orang Portugis dilanjutkan oleh Vasco da Gama
yang melewati Tanjung Harapan dan akhirnya berhasil mencapai India . Portugis
juga banyak mendirikan benteng-benteng di sepanjang pantai Afrika, benteng
tersbut didirikan untuk melindungi rute perdagangan Portugis. Dapat diketahui
bahwa pada waktu itu tidak hanya Portugis yang mengetahui kekayaan Alam benua
Afrika, akan tetapi rival mereka Spanyol juga mengetahui hal tersebut. Untuk
mencegah terjadinya konflik antara kedua negara Eropa Tersebut, akhirnya paus
mengintervensi kedua negara ini, paus memiliki kekuasaan karna kedua negara ini
merupakan penganut agama Katolik yang taat, sehingga kebijakan Paus akan
didengarkan. Akhirnya terlahirlah perjanjian Tordesillas pada tanggal 6 Juni
1494. Perjanjian tersebut membagi dunia luar benua Eropa menjadi 2. Yaitu
bagian barat untuk Portugal dan Bagian Timur untuk Spanyol. Hasilnya seluruh
Afrika dan hampir seluruh benua Asia berada di bawah kekuasaan Portugal, dan
Spanyol mendapatkan seluruh kekuasaan penuh di Benua Amerika.
1.2
Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi
kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang melatarbelakangi
kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2. Bagaimana proses
imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.
Apa saja dampak imperialisme bagi
Afrika dan bagi bangsa Barat.
1.3 Tujuan dan
Manfaat
1.3.1
Tujuan Pembuatan makalah ini yaitu :
1.
Menjelaskan tentang latar belakang kedatangan bangsa Portugis dan
bangsa Spanyol ke Afrika.
2.
Menjelaskan tentang bagaimana proses imperialisme
bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.
Menjelaskan tentang dampak imperialisme bagi Afrika
dan bagi bangsa Barat.
1.3.2 Manfaat pembuatan makalah ini yaitu :
1. Memberikan informasi tentang latar belakang kedatangan bangsa
Portugal dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2. Memberikan informasi tentang proses imperialisme bangsa Portugal dan bangsa Spanyol di Afrika.
3. Memberikan informasi dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
1.4
Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis adalah metode
kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan
dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga
penulis mencari materi melalui media
massa/ internet
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Latar Belakang Kedatangan Bangsa
Portugis dan Spanyol ke Afrika
Hal-hal yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol
datang ke Afrika yaitu addanya beberapa faktor-faktor pendorong diantaranya sebagai
berikut:
1. Faktor
sumber daya alam dan sumber daya manusia.
2. Faktor
ekonomi.
3. Faktor
ingin memperluas wilayah jajahan.
Dari
ketiga faktor tersebut menjadi alasan dari bangsa Barat untuk menguasai wilayah
Afrika, selain faktor-faktor tersebut didukung pula semangat yanh ditimbulkan
dari semboyan dari 3 G, yaitu Glory, Gold, dan Gospel. Glory memiliki
arti kejayaan, Gold memiliki arti mencari kekayaan, dan Gospel memiliki arti
menyebarkan agama, dalam hal ini adalah agama Nasrani. dari
semboyan 3G ini menyebabkan banyak sekali negara-negara Barat untuk
merealisasikannya, khususnya semboyan Glory yang berarti kejayaan. ini
menimbulkan semangat besar yang menyebabkan banyak negara-negara Eropa yang
berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan di berbagai wilayah lain di belahan
bumi seperti di benua Asia, benua Amerika, dan tak terkecuali di benua Afrika
sebagai upaya untuk mendapatkan kejayaan dan harga diri yang lebih tinggi dari
negara-negara Eropa lainnya, oleh karena itu mereka, berusaha mendapatkan
wilayah jajahan yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang
ada di wilayah-wilayah tersebut yang nantinya dari kekayaan alam tersebut dapat
dimanfaatkan untuk keperluan di berbagai bidang, terutama bidang Industri dan
ekonomi, dengan kata lain tanah jajahan diwujudkan semata-mata untuk
mengumpulkan dan menyimpan keperluan bahan mentah dari wilayah-wilayah jajahan
dan menjadi pasaran untuk hasil keluaran industri negara. Tak terkecuali sumber
daya manusianya, karena dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini
sudah jelas membantu negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam
hal produksi, karena mereka mendapatkan suntikan dari tenaga-tenaga manusia
yang mereka rekrut dari wilayah jajahannya yang jelas tenaga-tenaga manusia
dari negara jajahan mereka ini sangat murah sehingga dapat menekan pengeluaran
dari proses produksi industri tersebut.
2.2
Proses Imperialisme Bangsa
Portugis dan Bangsa Spanyol di Afrika
2.2.1 Afrika dibawah kekuasaan
portugis
Portugal merupakan salah satu negara printis eksplorasi benua Afrika, dan
yang patut diketahui bahwa Portugal merupakan negara Eropa yang paling lama
menjelajah Eropa. Koloni-koloni Portugal yang terpenting adalah Angola,
Mozambique, dan disebelah barat ialah Guinea, dan kepulauan-kepulaun kecil seperti
cape Verde, Sao Tome dan Principe. Selama lima abad Portugal berhasil
menanamkan pengaruh-pengaruhnya di daerah koloni di Afrika, pada saat
negara-negara Eropa yang memilki wilayah koloni di Afrika melakukan politik
imperialism moderen, politik colonial Portugal tetap menggunakan system lama
yang sangat unik, ketika perang dunia kedua berakhir maka muncul aliran baru di
Portugal untuk memperbaruhi system politik di daerah koloni . Salah satu
penyebab mengapa Portugal mempertahankan wilayahnya di daerah Angola ialah,
Portugal mampu menguasai rute perdagangan budak dan emas. Pada abad ke 19 hanya
ada 1832 orang kulit putih yang ada di daerah tersebut . Pertambahan jumlah
orang Portugal di wilayah Angola tidak diimbangi dengan control administrasi
yang lebih baik oleh pemerintah colonial, akhirnya banyak terjadi kesemerautan
di daerah tersebut, keadaan ini tentu saja dapat membahayakan kedudukan
pemerintah Kolonial. Selain itu jumlah penduduk kulit putih yang sedikit
jumlahnya disebabkan karena, penduduk kulit putih tidak memiliki sistm
kekebalan tubuh yang sama dengan penduduk pribumi, sehingga gampang sekali
terserang penyakit tropis.
Proses kolonialisasi Portugal terhadap wilayah Afrika khususnya Mozambique
dan Angola bisa disebabkan oleh 2 Faktor utama yaitu :
1. Portugal mendirikan tempat penyimpanan makanan di sepanjang pantai yang
dilalui oleh rute pelayaran. Tempat penyimpanan makanan ini biasanya merupakan
benteng pertahanan yang sangat kokoh, walaupun memiliki benteng di pesisir
pantai, tetapi orang-orang Portugis belum bisa menguasai daratan pedalaman.
Timbulnya resistensi dari penduduk local menyebakan meletusnya perlawanan
local, pada akhir abad ke 18 perlawanan itu berhasil diatasi dan di konferensi
Berlin, negara-negara Eropa lainnya meminta agar Portugal membuktikan
eksistensinya terhadap wilayah Angola dan Mozambique. Untuk mengatasi hal ini
maka pemerintah Kolonial Portugal lebih betindak agresif dalam menghadapi
seluruh resistensi local yang dapat membahayakan kesatbilan daerah colonial.
Bangsa Portugal membutuhkan waktu 13 tahun, yaitu dari tahun 1906 sampai 1919
untuk menahklukkan Angola. Mozambique dapat ditahklukkan oleh Enes dan
Albuquerque, setelah dapat menahklukkan wilayah Gaza pada tanhun 1896,
pengamanan di wilayah utara pun akhirnya selesai pada tahun 1904. Dengan
kejatuhan Mokombe raja dari Barwe pada tahun 1918, maka perlawanan bersenjata
untuk sementara berhenti . Banyaknya negara eropa yang memperebutkan benua
Afrika memunculkan berbagai macam konflik antara negara Eropa itu sendiri.
Portugal tersebuit mempunyai ambisi untuk memperluas daerah wilayah koloninya
di Afrika mulai dari Angola hingga dapat digabungkan atau disatukan dengan
Mozambique .
2. Terdapat keganjilan di bidang ekonomi di daerah kolonial, yaitu segala
aktivitas perekonomian yang dilakukan hanya boleh dilakukan atas nama raja.
Sehingga mereka kehilangan inisiatif dalam bidang ekonomi, selain itu mereka
menjadi aristocrat yang sangat komersil, sehingga mereka menggunakan cara-cara
feudal untuk memenuhi kebutuhan perekonomian mereka. adanya kemerdekaan Brazil
pada tahun 1822 dan dihapuskan perbudakan pada tahun 1844, menyebabkan
pemerintah colonial Portugal mendapatkan pukulan yang sangat telak, karena
dapat diketahui bahwa komoditas ekspor yang dihasilkan oleh kawasan colonial
mulai menurun. Selain itu Portugal juga telah dinilai gagal bersaing dengan
negara Eropa lain dalam bidang industry. Kehadiran Portugal di Afrika kurang
dirasakan, karena suatu proses Kolonialisasi tidak hanya ditopang oleh kekuatan
angkatan bersenjata tetapi pembangunan ekonomi yang mampu menopang seluruh
aktivitas di daerah koloni dan negeri induk, sehingga Portugal dapat
mempertahankan daerah koloninya.
Pada saat konferensi Berlin
posisi Portugal terdesak akan tetapi Portugal mendapat bantuan dari Inggris
untuk mempertahankan koloninya di Angola dan Mozambique. Hal ini dilakukan
Portugal untuk membendung laju pergerakan jerman yang memang mengincar daerah
koloni Portugal. Bagi Portugal daerah koloni memiliki peranan yang sangat
penting yaitu, daerah koloni sangat mampu untuk melindungi ekonomi mereka,
karena daerah koloni menyediakan berbagai barang mentah yang digunakan sebagai
bahan baku industry, bahan baku tersebut sangat murah ketimbang harga pasaran
dunia pada waktu itu, sehingga hasil produksi portugis lebih murah ketimbang
negara lain . Kedua hasil ekspor tersebut membuat Portugal memilki keuntungan
yang besar, sehingga kekurangan anggaran mereka dapat diatasi dengan cara
tersebut. Untuk mempertahankan cara ini Portugal hanya menempatkan
orang-orangnya dikwasan yang strategis, dalam artian daerah trsebut merupakan
wilayah yang memiliki suatu tingkat keekonomisan yang sangat tinggi.
a.
Proses Interaksi Budaya
Seperti negara-negara
imperialis lainnya, untuk mempertahankan kekuasaannya di Afrika Portugis harus
menguasai, atau melakukan suatu brain storming kepada penduduk pribumi
khususnya dalam bidang Iptek, budaya dan bidang sosial, hal tersebut harus
dilakukan agar tingkah laku penduduk pribumi dapat diarahkan untuk dapat
memenuhi kepentingan colonial dan tidak membahayakan kestabilan pemerintah
colonial. Pada awalnya penaklukkan bangsa Portugis terhadap penduduk pribumi
dilakukan atas dasar keyakinan religious, yaitu mengganti tuhan-tuhan berhala
yang dimiliki oleh penduduk pribumi dangan keimanan Kristiani, oleh karena itu
proses penahklukkan tersebut tidak terlalu mendapatkan suatu kritikan dari
Paus, walaupun pada akhirnya lambat laun motif agama tersbut beralih ke motif
ekonomi.
Atas dasar agama itu juga yang menyebabkan setiap pelayaran atau
penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis selalu didampingi oleh
rohaniawan. Sama halnya dengan spanyol, untuk menguasai seluruh wilayah
koloninya, bangsa portugis harus menyatukan bangsa pribumi kedalam satu
kepemerintahan dan satu keyakinan beragama, yaitu iman Kristiani. Untuk
mencapai hal tersebut banyak didirikan gereja-gereja di daerah koloni, fungsi
gereja tersebut tidak lepas dari tempat pengkonversian penduduk pribumi ke
agama katolik, dengan melakukan suatu pendidikan intensif yang hanya dilakukan
oleh para rohaniwan ke beberapa kalangan penduduk pribumi. Mereka bermaksud
untuk mengajarkan suatu tingkah laku atau kebudayaan eropa yang harus mereka
tiru.
Gereja katolik juga memilki
peranan yang sangat aktif untuk tetap menjaga ketaatan penduduk pribumi agar
tidak melakukan suatu proses resistensi terhadap pemerintahan colonial, yaitu
dengan cara para rohaniawan berperan aktif terhadap penduduk pribumi dengan
memberikan pengetahuan dasar eropa seperti mambaca, menulis dan berhitung.
Selain itu para rohaniawan tidak lupa untuk memberikan dogma iman Kristen, agar
membuat penduduk pribumi ini tetap taat dan disiplin terhadap pemerintah, akan
tetapi proses akulturasi ini membuat bangsa pribumi tidak memiliki kemampuan
yang sama dengan bangsa kulit putih, selain itu mereka tidak bisa berpikir
terbuka dan aktif . Dengan kata lain proses tersebut membuat watak bangsa
pribumi tetap sebagai sebuah bangsa inferior, yang memang harus dijajah oleh
bangsa Eropa yang superior.
Pada tahun 1950, politik colonial Portugal mengalami suatu perubahan yang
sangat drastic, system ini hampir sama dengan yang dianut oleh Perancis. System
ini lebih menitik beratkan kepada proses asimilasi budaya, yaitu persamaan ras
dengan perbedaan tingkat kebudayaan . Untuk mencapai hal tersebut pemerintahan
colonial membedakan menjadi tiga macam tingkat kemajuan penduduk, yang pertama
ialah penduduk yang telah maju atau civilized natives, yang kedua ialah
penduduk pribumi setengah maju, semi civilizd, dua kelompok tersebut hidup
dikota-kota dan pinggir kota, mereka juga termasuk golongan minoritas, dan yang
terakhir ialah penduduk pribumi yang belum terdidik, yang merupakan mayoritas ,
mereka berdiam di daerah-daerah diluar dari kota .
Pada Juni 1951, Pemerintah portugal di bawah kediktatoran Dr. Salazer mengumumkan secara resmi bahwa koloni-koloni milik Portugal dijadikan sebuah provinsi di seberang lautan, hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut ialah pemerintah Portugal ingin menciptakan suatu imperium yang disebut “Greater Portugal”, imperium tersebut berfungsi untuk melanjutkan kejayaan Portugal seperti zaman dahulu . Konsepsi yang dianut oleh Portugal hampir sama dengan konsepsi imperium yang dimiliki oleh Perancis, hanya saja pemerintah colonial Perancis terkesan cenderung moderat, dengan memberikan suatu janji bahwa suatu saat rakyat pribumi akan diberikan kesempatan untuk melakukan suatu pemerintahan di negeri mereka sendiri. Sedangkan Portugal tidak memiliki niat untuk memberikan suatu kemerdekaan pemerintahan kepada daerah kolonialnya, hal tersebut merupakan perbedaan konsepsi antara Perancis dengan Portugal . Seperti tindakan pemerintah colonial lainnya, pemerintah Portugal berusaha melakukan suatu tindakan isolasi terhadap daerah koloninya supaya tidak ada pengaruh asing, yang mampu mengganggu kestabilan politik pemerintahan kolonial. Akan tetapi usaha tersebut menemukan suatu kegagalan, hal tersebut semakin diperparah setelah Belgia memberikan kemerdekaan kepada kongo, penduduk pribumi yang berada di daerah koloni Portugal pun menuntut kemerdekaan juga.
Pada Juni 1951, Pemerintah portugal di bawah kediktatoran Dr. Salazer mengumumkan secara resmi bahwa koloni-koloni milik Portugal dijadikan sebuah provinsi di seberang lautan, hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut ialah pemerintah Portugal ingin menciptakan suatu imperium yang disebut “Greater Portugal”, imperium tersebut berfungsi untuk melanjutkan kejayaan Portugal seperti zaman dahulu . Konsepsi yang dianut oleh Portugal hampir sama dengan konsepsi imperium yang dimiliki oleh Perancis, hanya saja pemerintah colonial Perancis terkesan cenderung moderat, dengan memberikan suatu janji bahwa suatu saat rakyat pribumi akan diberikan kesempatan untuk melakukan suatu pemerintahan di negeri mereka sendiri. Sedangkan Portugal tidak memiliki niat untuk memberikan suatu kemerdekaan pemerintahan kepada daerah kolonialnya, hal tersebut merupakan perbedaan konsepsi antara Perancis dengan Portugal . Seperti tindakan pemerintah colonial lainnya, pemerintah Portugal berusaha melakukan suatu tindakan isolasi terhadap daerah koloninya supaya tidak ada pengaruh asing, yang mampu mengganggu kestabilan politik pemerintahan kolonial. Akan tetapi usaha tersebut menemukan suatu kegagalan, hal tersebut semakin diperparah setelah Belgia memberikan kemerdekaan kepada kongo, penduduk pribumi yang berada di daerah koloni Portugal pun menuntut kemerdekaan juga.
b.
Resistensi Penduduk Pribumi di bidang Kebudayaan
Penduduk pribumi berhasil mempertahankan kebudayaan asli mereka dengan
melakukan tardisi penyebaran suatu kisah dari mulut ke mulut, selain itu bentuk
resistensi mereka terhadap orang kulit putih direpresentasikan dengan sebuah
lagu, yaitu seperti yang dilakukan oleh penduduk Cuanhamas yang berada di
wilaya Angola, mereka menyanyakian lagu tersebut atas ketidakadilan yang mereka
derita, akibat kekalahan mereka dengan orang kulit putih.
Tidak hanya suku Cuanhamas saja yang melakukan resistensi budaya tersebut,
tetapi suku-suku lainnya juga melakukan hal serupa, seperti penduduk asli
Mozambique, mereka menyanyikan lagu tersebut akibat penderitaan mereka yang terusir
dari kampung halaman mereka.
Pemerintah Portugal juga berusaha untuk menciptakan suatu elit di kalangan
penduduk pribumi yang mempunyai tujuan memiliki suatu komunitas elit pribumi
yang mempunyai kesamaan perspektif terhadap pemerintah colonial, dengan hal
tersebut diharapkan bahwa elit-elit pribumi tersebut dapat menghasut kawan
sebangsanya agar mau menuruti pemerintah colonial Portugal. Untuk menjadi elit
tersebut dibutuhkan suatu kerja keras bagi penduduk pribumi, kedudukan
elit-elit pribumi sejajar dengan bangsa Portugis, syarat yang harus ditempuh
untuk menjadi elit tersebut atau biasa disebut sebagai Assimilado syarat
pertama mereka harus bisa membaca serta menulis, dan menguasai
kebudayaan-kebudayaan Portugal, yang kedua mereka juga harus membayar pajak
yang sangat besar, sehingga hampir seluruh warga pribumi yang memiliki
kemampuan menjadi Assimilado tidak mau menjadi elit tersebut, dikarenakan pajak
yang sangat tinggi yang harus mereka bayar.
2.2.2
Afrika dibawah Kekuasaan Spanyol
Berdasarkan perjanjian
Tordesillas, Portugal mempunyai hak untuk menguasai seluruh wilayah Afrika,
akan tetapi Spanyol juga memproleh daerah koloni di benua Afrika. Bagi Spanyol
daerah koloni yang paling berarti terletak di wilayah Maroko, karena di wilayah
tersebut terpadat jumlah penduduknya, yaitu sekitar 1 juta orang. Wilayah yang
sangat kecil tersebut hanya digunakan sebagai pangkalan militer untuk menjaga
kestabilan negeri induk, selain itu wilayah koloni tersebut juga digunakan
sebagai basis rute perdagangan antara Eropa dengan koloni Spanyol lainnya di
benua Afrika dan Amerika.
Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada Spanyol. Selain itu di tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan spanyol. Akibat ketidakberesan ditubuh militer, akhirnya terjadi pemberontakan di kalangan tentara Spanyol sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan ini menyebabkan posisi Spanyol terancam, tetapi pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol juga membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut, sehingga daerah koloni Spanyol pada masa itu merupakan salah satu daerah yang termaju, dibandingkan dengan daerah koloni di benua Afrika lainnya. Pada tahun 1956 Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan Mohammed V mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah Maroko yang masih dikuasai oleh Spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko. Akhirnya dengan dihapuskannya pemerintahan internasional di Tanger, maka akhirnya Maroko menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas desakan dunia internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.
Pada tahun 1959, wilayah koloni Spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan yang sama dengan provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para nasionalis Guinea dan PBB, maka Spanyol akhirnya memberikan kemerdekaan pada bulan Maret 1968, setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki pendapatan tertinggi dibandingkan negara-ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka.
Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada Spanyol. Selain itu di tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan spanyol. Akibat ketidakberesan ditubuh militer, akhirnya terjadi pemberontakan di kalangan tentara Spanyol sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan ini menyebabkan posisi Spanyol terancam, tetapi pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol juga membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut, sehingga daerah koloni Spanyol pada masa itu merupakan salah satu daerah yang termaju, dibandingkan dengan daerah koloni di benua Afrika lainnya. Pada tahun 1956 Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan Mohammed V mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah Maroko yang masih dikuasai oleh Spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko. Akhirnya dengan dihapuskannya pemerintahan internasional di Tanger, maka akhirnya Maroko menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas desakan dunia internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.
Pada tahun 1959, wilayah koloni Spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan yang sama dengan provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para nasionalis Guinea dan PBB, maka Spanyol akhirnya memberikan kemerdekaan pada bulan Maret 1968, setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki pendapatan tertinggi dibandingkan negara-ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka.
2.3
Dampak Imperialisme Bagi Afrika
dan Bangsa Barat
Dampak
imperialisme bagi bangsa Afrika dan bangsa Barat di Afrika adalah sebagai berikut:
2.3.1 Bagi
Afrika
a. Mengenal
adanya teknologi modern.
b. Mengenal
sistem perdagangan dan pemerintahan yang lebih baik.
c. Sumber daya alam diambil oleh bangsa barat.
2.3.2
Bagi negara Barat
a. Mendapatkan
tenaga kerja yang murah.
b. Mendapatkan
SDA yang dapat meningkatkan ekonomi negaranya.
c. Banyak
mengeluarkan dana untuk memperluas wilayah jajahan.
d. Timbulnya
persaingan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rivalitas yang terjadi antara
Spanyol dengan Portugal telah berlangsung sangat lama. Persaingan tersebut juga
terjadi di benua Afrika, berdasarkan perjanjian Tordesillas maka seluruh wilayah
di benua Afrika hanya berhak dikuasai oleh Portugal. Sebagai gantinya spanyol
bebas menguasai seluruh benua Amerika. Dengan dominasai yang sangat besar sejak
awal abad ke 15 Portugal mampu menguasai seluruh rute perdagangan di Afrika,
dan keadaan ini bertahan hingga lebih dari 250 tahun. Ketika bangsa-bangsa
Eropa lainnya tertarik dengan benua Afrika maka timbullah suatu konflik antara
negara-negara tersebut, tetapi hal tersebut berhasil diatasi dengan diadaknnya
konferensi Berlin, yang mengatur adanya pembagian wilayah-wilayah koloni di
benua Afrika. Sejak saat itu wilayah kekuasaan Portugal didaerah benua Afrika
semakin lemah. Tentu saja hal ini membahayakan kedudukan politik Portugal
karena pemerintah colonial dapat saja disetir oleh para penanam modal tersebut.
Selain itu keadaan wilayah koloni Spanyol di Afrika sangat kecil sehingga tidak
terlalu berpengaruh terhadap kestabilan daerah colonial lainnya. Wilayah yang
kecil tersebut bagi spanyol digunakan untuk mengamankan rute perdagangan
mereka, selain itu selama mempertahankan wilayah mereka, banyak resistensi dari
penduduk pribumi terutama yang telah terpengaruh oleh agama Islam.
.
.
3.2 Saran
Sebagai manusia yang
mempunyai kelebihan dan kekurangan kami yakin para pembaca juga ingin lebih mengerti
tentang pemerintahan Deandels dan Raffles, maka kami menyarankan para pembaca
memperbanyak membaca dari sumber-sumber yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Portuguese_East_Africa, diakses pada 28 September , Pukul
11.40 WIB.
http://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_Empire, diakses pada 28 September , Pukul 11.446 WIB.
http://ryanlovesejarah.blogspot.com/2011/08/penjajahan-spanyol-dan-portugal-di.html, diakses pada 28 September , Pukul
11.54 WIB.
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid 1. Yogyakarta
: Penerbit Vita . 1969.
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid I1.
Yogyakarta : Gadjah Mada Press. 1974.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar