Jumat, 14 Maret 2014

Dinasti Abbasiyah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam  dibuka dengan peran penting yang dimainkan oleh khalifah Abu al- Abbas. Irak menjadi panggung drama besar itu. Dalam khutbah penobatannya yang disampaikan setahun sebelumnya di majid Kufah, khalifah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya al-saffah, penumpah darah yang kemudian menjadi julukannya. Dinasti Abbasiyah merupakan kerajaan orang Islam baru, tempat orang Arab hanya menjadi salah satu unsur dari berbagai bangsa yang membentuk kerajaan itu. Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, anatara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranya untuk menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.Dari nama Al- Abbas paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah,dan khurasan.
1.2      Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1.   Bagaimana awal berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2.   Bagaimana masa keemasan Dinasti Abbasiyah ?
3.   Bagaimana kehidupan masyarakat pada masa Dinasti Abbasiyah ?
4.   Faktor apa saja yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah ?
1.3      Tujuan dan Manfaat
1.3.1       Tujuan Pembuatan makalah ini yaitu :
1.   Menjelaskan tentang bagaimana awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. . . ?
2.   Menjelaskan tentang bagaimana masa keemasan Dinasti Abbasiyah. . . ?
3.   Menjelaskan tentang bagaimana kehidupan masyarakat pada masa Dinasti Abbasiyah . . ?
4.   Menjelaskan tentang faktor apa saja yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah. . . ?

1.3.2    Manfaat pembuatan makalah ini yaitu :
1.   Memberikan informasi tentang awal berdirinya Dinasti Abbasiyah.
2.   Memberikan informasi tentang bagaimana masa keemasan Dinasti Abbasiyah.
3.   Memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan masyarakat pada masa Dinasti Abbasiyah.
4.   Memberikan informasi tentang faktor apa saja yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah.

1.4       Metode Penulisan
            Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur jurnal yang tersedia di media masa atau internet.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1      Dinasti Abbasiyah
2.1.1   Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Al-Manshur, pendiri Sejati Dinasti Abbasiyah
Di kota Mumaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya dinasti Abbasiyah. Para penerang Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi,imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Ummayah terakhir,Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di haran sebelum akhirnya diekskusi. Ia mewasiatka kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh,dan memerintahkan untuk pindah ke kufah.Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke kufah di iringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far,Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di usir ke Wasit.Abu Salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah di taklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abbul Abbas di perintahkan untuk mengejar khaliffah Umayyah terakhir, marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di dataran rendah sungai Zab. Khalifah itu melarikan diri hingga ke fustat di mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M. Dan beririlah Dinasti Abbasiyah yang di pimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash- Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
2.1.2   Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbbasiyah, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, mencapai kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah didirikan. Pemahaman tetang tingkat kekuatan, kekjayaan dan kemajuan yang diraih oleh dinasti Abbasiyah pada masa terhebat dan terbaiknya bisa diperoleh dengan menelusuri hubungan luar negeri yang mereka lakukan, kajian rerhadap kehidupan istana dan kalangan bangsawan di Baghdad, ibu kota pemerintahan dan penelitian terhadap kebangkita intelektual yang tak tertandingi, yang berpuncak pada masa al- Ma’mun.
2.1.3   Hubungan Iternasional Dinasti Abbasiyah
         Lembaran sejarah awal abad ke-9 diawali dengan dua naman raja yang mengawali percaturan dunia : Charlemagne di Barat dan Harun al- Rasyid di Timur. Dari dua nama itu, Harun jelas lebih berkuasa dan menampilkan budaya yang lebih tinggi. Hubungan persahabatan keduanya, tentu saja didorong oleh kepentingan pribadi. Charlemagne menjadikan Hrun sebagai sekutu potensila untuk menghadapi Bizantium yang tidak bersahabat, dan Harun berusaha memanfaatkan Charlemagne untuk menghadapi pesaing dan lawan berbahaya, yaitu Dinasti Umayyah di Spanyol, yang berhasil membangun negara yang kuat dan makmur. Hubungan persahabatan itu, diwujudkan dalam bentuk pertukaran duta dan hadiah.
2.1.4   Zaman Keemasan Baghdad
         Sejarah dan berbagai legenda menyebutkan bahwa zaman keemasan Baghdad terjadi selama masa kekhalifahan Harun al- Rasyid (786-809). Meskipun usianya kurang dari setengah abad, Baghdad pada saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luarbiasa. Baghdad menjadi saingan satu-satunya Bizantium. Kejayaannya berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan, terutama ibukotanya. Saat itulah Baghdad menjadi “kota yang tiada bandingannya di seluruh dunia”. Istana kerajaan dengan bangunan tambahan untuk para harem. Pelabuhan juga berkembang pesat sebagai tempat persinggahan kapal dagang .
2.2      Negara Abbasiyah
2.2.1   Khalifah Abbasiyah
         Kepala negara yaitu seorang khalifah yang setidaknya dalam teori, memegang semua kekuasaan. Prinsip pergantian kepemimpinan secara turun-temurun yang belum didefinisikan secara tegas, seperti yang telah di praktekkan pada masa Umayyah juga diikuti oleh Dinasti Abbasiyah, beserta seluruh dampak buruknya. Seorang khalifah yang sedang berkuasa akan menunjuk sebagai penggantinya seorang anak yang ia senangiatau ia pandang cakap, atau saudaranya yang menurutnya paling tepat. Al- Saffah menunjuk saudaranya al- Manshur yang kemiduan dilanjutkan oleh anaknya al- Mahdi. Al- Mahdi diganti oleh anaknya yang tertua, al- Hadi, yang kemudian dilanjutkan oleh saudaranya, Harun al- rasyid. Harun menunjuk anak tertuanya. al- Amin, sebagai penggantinya, dan adiknya yang lebih berbakat, al- Ma’mun, sebagai penerusnya yang kedua.ia embagi dua kerajaan untuk dua anaknya, dengan menyerahkan pemerintahan di Khurasan yang beribikota di Marw kepada al- Ma’mun. Setelah al- Amin terbunuh dalam perang sipi, maka al- Ma’mun mengambil alih pemerintahan. Empat tahun kemudian ia mengangkat Ali al- Ridha sebagai penggantinya. Orang Baghdad marah dan menunjuk paman al- Ma’mun, Ibrahim ibn al-Mahdi sebagai Khlifah. Enam tahun stelah kematian pendahulunya, al- Ma’mun berhasil memasuki ibulota kerajaan. Tak lama sebelum meninggal, al- Ma’mun dengan mengabaikan anaknya al- Abbas, mengangkat saudaranya al-Mu’tashim sebagai penggantinya, sehingga hampir memicu pemberontakan pihak militer yang lebih menyukai anaknya.al-Mutashim kemudian diagantikan oleh anaknya, al- Watsiq yang menjadi raja terakhir Dinasti Abbasiyah pada masa kejayaannya.
2.2.2   Sumber Pemasukan Negara
         Selain pajak, sumber pendapatan negara yang lain yaitu zakat yang merupakan satu-satunya pajak yang diwajibkan pada setiap orang Islam.zakat dibebankan atas tanah produktif, hewan ternak, emas dan perak, barang dagangan, dan harta milik lainnya yang mampu berkembang, baik secara alami ataupun setelah dikembangkan.semua zakat yang terkumpul akan disalurkan oleh bendahara negara untuk kepentingan umat Islam itu sendiri. Sumber pendapatan utama lainnya yaitu pajak dari bangsa lain, uang tebusan, pajak perlndungan dari rakyat non mislim, pajak tanah dan pajak yang diambil dari barang dagangan nonmuslim yang masuk ke wilayah Islam. Semua pemasukan ini disalurkan untuk membayar tentara, ememlihara masjid, jembatan dan jalan raya, serta untuk kepentingan umum umat Islam.
2.2.3   Biro- Biro Pemerintahan
Disamping biro pajak, Dinasti abbasiyah juga memiliki kantor pengawas yang pertama kali diperkenalkan oleh al-Mahdi, dewan korespondensi atau kantor arsip yang menangani semua sirat-surat resmi, dokumen politik serta intruksi dan ketetapan khalifah, dewan penyelidik keluhan, departemen kepolisian dan pos.
Dewan penyelidik keluhan yaitu sejenis pengadilan tngkat banding, atau pengadilan tinggi yang menangani kasus yang diputuskan secara keliru pada departemen administratif dsn politik.
Depaetemen kepolisian dikepalai oleh seorang pejabat tinggi yang diangkat sebagai Sahib al-Syurthah, yang berperan sebagi kepala polisi dan kepala keamanan istana.
         Ciri penting pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah adanya departemen pos, yang dikepalai oleh seorang pejabat yang dinamai Sahib al- Barid. Kepala pos pusat memiliki tugas penting yaitu menjaga surat-surat kerajaan, mengawasi pembangunan berbagai sarana pos, menjadi agen mata-mata yang menanggungjawabi semua layanan pos.
         Biro pemerintahan lain yang cukup penting kedudukannya yaitu bior peradilan.pelaksanaan peradilan dalam masyarakat Islam selalu dipandang sebagai fungsi keagamaan, dipercayakan oleh para khalifah kepada para ulama yang diangkat sebagai hakim. Menurut teori hukum Islam, hakim harus laki-laki, sehat, dewasa, merdeka, Islam, tidak berperilaku tercela, bagus penglihatan dn pendengarannya serta menguasai ketentuan hukum Islam.
2.2.4   Sistem Organisasi Militer
         Kekhalifahan Arab tidak pernah memiliki pasukan reguler dalam jumlah besar, teroganisir dengan baik, berdisiplin tinggi serta mendapat pelatihan dan pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah mungkin merupakan satu-satunya pasukan tetap yang masing-masing mengepalai sekelompok pasukan.selai itu, ada juga pasukan bayaran dan sukarelawan. Pasukan tetap mendapat bayaran secara berkala dari pemerintah, pasukan sukarelawan hanya menerima gaji ketika bertugas. Pasukan pengawal stana memperoleh bayaran yang lebih tinggi, bersenjata lengkap, dan berseragam.
         Sepanjang abad pertama Hijriah, Dinasti Abbasiyah  menyandarkan kekuatannya pada pasukan yang kuat dan loyal, yang bukan saja digunakan untuk meredam pemberontakan di Suriah, Persia dan Asia Tengah, tapi juga untk memerangi Bizantium. Merosotnya kekuatan militer Dinasti abbasiyah terjadi ketika al-Mutawakkil mulai membentuk unit-unit pasukan asing. Kebijakan itu merusak kondisi yang dibutuhkan untuk menjaga moral dan semangat pasukan.
2.2.5   Administrasi Wilayah Pemerintahan
         Pembagian wilayah pada masa Dinasti Abbasiyah hampir sama dengan pembagian wilayah Dinasti Umayyah. Provinsi dipimpin oleh gubernur. Dalam persoalan lokal, otoritas gubernur cenderung sangat dominan dan jabatannya bisa diwariskan. Secara teoritis ia memegang jabatan tersebut selama disenangi oleh wazir, yang merekomendasikan pengangkatannya kepada khalifah, dan ia akan diturunkan dari jabatannya jika wazir itu diganti. Tentang urusan gubernur, al- Mawardi membedakan antara dua jenis jabatan : Immarah ammah ( amir umum) yang memiliki kekuasaan tertinggi untuk mengatur urusan militer, mengangkat dan mengawasi hakim pengadilan, memungut pajak, memelihara ketertiban, menjaga mazhab resmi negara dari segala bentuk penyimpangan, menata administrasi kepolisian dan menjadi imam shalat Jumat. Gubernur juga memiliki otoritas khusus (khashshah), yang tidak memiliki otorits peradilan dan perpajakan.
2.3      Kehidupan Masyarakat Pada Masa Dinasti Abbasiyah
2.3.1   Kehidupan keluarga dan gaya hidup masyarakat
         Pada masa ini, kaum wanita memiliki kebebasan. Hampir secara universal pernikahan dalam Islam dipandang sebagai kewajiban yang positif. Wanita yang telah menikah harus menjalankan tugas-tugasnya. Perabotan rumah yang paling umum yaitu dhiwan, sebuah sofa yang mengisi tiga sisi ruangan. Minuman beralkohol sering diminum secara sendiri maupun bersama. Pesta persahabatan yang menyajikan arak dan nyanyian menjadi hal yang lazim dijumpai.
         Salah satu gaya hidup dan kebiasaan masyarakat pada periode Abbasiyah yaitu berendam ditempat pemandian umum, selain itu, pemanfaatan waktu luang juga menjadi tradisi, seperti olahraga, berburu dan catur.
2.3.2   Kedudukan Budak dan Mantan Budak
         Para pembantu hampir seluruhnya budak yang direkrut secara paksa dari kalangan nonmuslim, baik yang ditawan pada masa perang atau dibeli pada masa damai. Gadis muda dalam kelompok budak biasanya menjadi penyanyi, penari dan selir. Gagasan tentang maraknya praktik perbudakan bisa dilihat dari tingginya jumlah budak yang dimiliki oleh keluarga kerajaan.
2.3.3   Perdagangan dan Industri
         Kekuasaan kerajaan yang sedemikian luas dan tingkat peradaban yang tinggi itu dicapa dengan melibatkan jaringan perdagangan internasional yang luas. Para pedagang paling awal yaitu orang Kristen, Yahudi dan pengikut Zoroaster, tapi pada masa belakangan digantikan oleh orang Arab Islam yang lebih suka berdagang daripada bertani. Pelabuhan seerti Baghdad, Bashraf, Siraf, Kairo dan Iskandariyah segera berkembng menjadi pusat-pusat perdagangan darat dan laut yang aktif. Disebelah timur, pedagang Islam telah menjelajah sampai ke Cina. Disebelah Barat, Islam telah mencapai Maroko dan Spanyol.
         Industri kerajinan tangan menjamur di berbagai pelosok kerajaan. Daerah asia Barat menjadi pusat industri karpet, sutera, kapas, kain wol, satin, brokat, sofa dan kain pembungkus bantal, serta perlengkapan rumah tangga. Selain itu, pembuatan kertas tulis yang diperkenalkan pada pertengahan abad ke-8 dari Cina ke samarkand.
            Seni mengolah perhiasan juga megalami masa kejayaan. Mutiara, safir, rubi, emerald dan permata sangat disuki para bangsawan, sedangkan batu zamrud berwarna kehijauan, batu carnelius berwarna kemerahan, dan onyx berwarna putih, coklat dan hitam disukai oleh kalangan bawah.
Sumber tambang utama kerajaan yang memungkinkan tumbuhnya industri kerajaan adalah emas dan perak yang diambil dari Khurasan, yang juga menghasilkan marmer dan air raksa. Rubi, lapis lazuli, dan azuri dari Transxoniana, tembaga dan perak dari Karman, mutiara di Bahrain, turquise dari Nisabur.
2.3.4   Perkembangan Bidang Pertanian
         Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti ini karena pusat pemerintahannya sendiri berada di daerah yang sangat subur, ditepian sungai yang biasa dikenal dengan nama Sawad. Lahan pertanian yang terlantar dan desa yang hancur dberbaga wilayah kerajaan diperbaiki secara bertahap. Daerah rendah di lembah Tigris-Efrat yang merupakan daerah terkaya setelah Mesir, mendapat perhatian khusus dari pemerintahan pusat. Mereka membuka kembali saluran irigasi yang lama dari sungai Efrat dan membuat saluran irigasi yanng baru, sehingga membentuk jaringan irigasi yanng sempurna. Kanal besar pertama yang disebut Nahr Isa setelah di gali kembali oleh keluarga al-Manshur, menghubungkan saluran sungai Efrat di anbar sebelah barat laut dengan sungai tigris di Baghdad. Salah satu cabang utama Nahr Isa adalah Sharah. Kanal terbesar kedua yaitu Nahr Sahrshar, yang bertemu dengan sungai Tigris di daerah Madain. Kanal ketiga yaitu Nahr al-Malik yang tersambung ke sungai Tigris dibawah Madain.
         Tanaman asli Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas dan rami. Daerah yang sangat subur berada di dataran tepian sungai ke selatan, Sawad, yang menumbuhkan berbagai buah dan sayuran, yang tumbuh di daerah panas aupun dingin. Kacang, jeruk, tebu, dan beragam bunga seperti bunga mawar dan violet juga tumbuh subur. Hortikultura tidak hanya terbatas pada buah-buahan dan sayuran.Bunga juga dibudidayakan sebagai tanaman hias dan bahan pembuatan parfum. Minat terhadap pertanian  tampak dari banyaknya buku yang mengulas tentang tumbuh-tumbuhan.
2.3.5   Warga Nonmuslim di Kekhalifahan Islam
         Meskipun banyak aturan yang telah dibuat tentang kehidupan Yahudi dan Kristen, namun kehidupan beragama diberi kebebasan yang relatif besar. Hal itu terbukti dari beberapa peristiwa sejarah. Misalnya, perdebatan sejumlah keagamaan, mirip perdebatan yang sudah biasa dilakukan dihadapan Mu’awiyah dan Abd al-Malik, yang dilakukan pada periode Abbasiyah selalu dihadiri oleh keluarga kerajaan.
Sebagian besar penduduk Kristen pada masa Dinasti Abbasiyah adalah pengikut gereja Suriah dianggap sebagai kelompok heterodoks, dan biasa disebut sebagai sekte Yakobus dan Nestor yang kebanyakan tinggal di Irak. Patrik sekte Nestor atau Katolik dalam bahasa Arab disebut jathiliq, memiliki kewarganegaraan di Baghdad, satu hak istimewa yang tidak dimiliki oleh sekte Yakobus. Dar al-Rum yaitu kawasan kristen di Baghdad.
Orang Koptik Mesir, seperti yang telah kita bahas, merupakan pengikut sekte Yakobus dan mengakui kekuasaan Patrik Iskandariyah. Disepanjang pantai barat Mesir, agama Kristen memiliki pengikut dikalangan orang Berber, namun sebagian besar penduduk pedalaman memiliki tokoh lokal yang dikultuskan. Salah satu ciri khas masyrakat Kristen yang menonjol pada masa Dinasti Abbasiyah yaitu semangat yang cukup tinggi sehingga mereka yang agresif mampu mengirimkan para misionaris ke India dan Cina.
Kelompok nonmuslim lain yang jumlah populasinya cukup besar yaitu para penganut Yahudi. Sebagai salah satu kelompok keagamaan yang dilindungi, orang Yahudi memiliki posisi yang lebih baik dari orang Kristen meskipun Al-Qur’an mendiskreditkan mereka. Orang Yahudi dan Kristen juga memiliki kedudukan yang baik, seperti menjadi dokter, pegawai administrasi.
Kelompok nonmuslin lainnya yaitu orang Sabiin. Orang Sabiin asli menurut para pnulis Arab yaitu orang-orang Mandea. Mereka merupakan pengikut sekte Yahudi-Kristen. Orang Mandea melakukan beberapa kali ritual pembabtisan: setelah lahir, sebelum menikah, dan pada berbagai kesempatan lainnya. Mereka mendiami dataran rendah babilona dan sebagai sebuah sekte, cikal bakal mereka dapat dilacak pada abad pertama masehi. Palestina mungkin merupakan tempat kediaman pertama komunitas ini. Orang Sabiin merupakan pengrajin perak dari Amarah. Di Babilonia juga terdapat orang semi-Sabiin dari Haran yang merupakan pemuja bintang.
2.3.6   Islamisasi Kerajaan
         Pada kenyataannya, penaklukan Islam yang dilakukan terutama pada masa Khulafa al-Rasyidin, merupakan penaklukan oleh pasukan Arab dan bangsa Arab. Mereka berhasil menaklukan, baik dari sudut pandang militer maupun politik, wilayah Persia, Bulan Sabit Subur dan Afrika Timur laut.seama abad pertama pemerintahan Dinasti Abbasiyah, penaklukan-penaklukan itu memasuki tahapan berikutnya, yaitu tahap kemenangan Islam sebagai agama. Pada tahap inilah sebagian besar penduduk kerajaan masuk ke dalam agama Islam. Penduduk Persia beralih ke agama Islam pada abad ketiga setelah wilyah itu dikuasai Islam.


2.4      Keruntuhan Kekhalifahan Abbasiyah
2.4.1   Faktor Internal Keruntuhan Dinasti Abbasiyah
         Terjadinya desentralisasi dan pembagian kekuasaan di daerah-daerah selalu mengiringi setiap penaklukan yang dilakukan tergesa-gesa dan tidak usai. Metode administratif yang diterapkan juga tidak kondusif bagi penciptaan stabilitas negara. Eksloitasi dan pajak berlebihan menjadi kebijakan favorit yang dibebankan kepada semua rakyat, tak terkecuali. Garis perpecahan antara Arab dan non Arab, antara muslim Arab dan muslim baru, antara musli dan kaum dzimmi, tetap terlihat tajam. Banyaknya gundik sanak dan saudara yang memenuhi komplek istana kerajaan, yang tak pelak memunculkan beragam kecemburuan dan intrik, kehidupan mewah yang menonjolkan minuman keras dan nyayian, merupakan faktor faktor lain yang melemahkan vitalitas keluarga dan tentu saja menghasilkan keturunan yang lemah dan terus memegang tahta. Berbagai pertikaian untuk menjadi pewaris tahta yang tak pernah bisa dipastikan.
         Faktor ekonomi tak dapat diabaikan, pembebanan pajak dan pengaturan wilyah provinsi demi keuntungan kelas pengusaha telah menghancurkan bidang pertanian dan industri. Pengusaha semakin kaya rakyat semakin miskin. Wabah penyakit dan bencana alam juga menjadi penyebab hancurnya dinasti ini.
2.4.2   Faktor Eksternal Keruntuhan Abbasiyah
         Pada 1253, Hulagu, cucu Jengis Khan bergerak dari mongol memimpin pasukan berkekuatan besar unutk membasmi kelompok pembunuh dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah. Islam terhimpit oleh para pemanah pasukan Mongol dan para satria perang Salib, Islam pada awal abad ketiga belas tampaknya akan tenggelam untuk selamanya. Namun, pada saat itu pula pasukan Salib dipukul mundur sampai ke laut oleh keurunan Turki Utsmani. Khalifah Abbasiyah yang terakhir menyerahkan gelar kekhalifahannya, lengkap dengan segala wewenang dan hak istmewanya kepada panakluknya, Dinasti turki Utsmani, atau kepada penerusnya di Konstantinopel.
BAB III
PENUTUP
3.1      Kesimpulan
         Dinasti Abbbasiyah, mencapai kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah didirikan. Pemahaman tetang tingkat kekuatan, kekjayaan dan kemajuan yang diraih oleh dinasti Abbasiyah pada masa terhebat dan terbaiknya bisa diperoleh dengan menelusuri hubungan luar negeri yang mereka lakukan, kajian terhadap kehidupan istana dan kalangan bangsawan di Baghdad, ibu kota pemerintahan dan penelitian terhadap kebangkitan intelektual yang tak tertandingi, yang berpuncak pada masa al- Ma’mun. Prinsip pergantian kepemimpinan secara turun-temurun yang belum didefinisikan secara tegas, Salah satu gaya hidup dan kebiasaan masyarakat pada periode Abbasiyah yaitu berendam ditempat pemandian umum, selain itu, pemanfaatan waktu luang juga menjadi tradisi, seperti olahraga, berburu dan catur. Garis perpecahan antara Arab dan non Arab, antara muslim Arab dan muslim baru, antara musli dan kaum dzimmi, tetap terlihat tajam. Faktor ekonomi seperti pembebanan pajak dan pengaturan wilyah provinsi demi keuntungan kelas pengusaha telah menghancurkan bidang pertanian dan industri. Pada 1253, Hulagu, cucu Jengis Khan bergerak dari mongol memimpin pasukan berkekuatan besar unutk membasmi kelompok pembunuh dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah. Khalifah Abbasiyah yang terakhir menyerahkan gelar kekhalifahannya, lengkap dengan segala wewenang dan hak istmewanya kepada panakluknya, Dinasti turki Utsmani, atau kepada penerusnya di Konstantinopel.
3.2   Saran
         Sebagai manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan kami yakin para pembaca juga ingin lebih mengerti tentang Dinasti abbasiyah maka kami menyarankan para pembaca memperbanyak membaca dari sumber-sumber yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah, diakses pada 23 Oktober, pukul 11:20 WIB
Kitti, Philip. K: 2006. History Of Arabs, New York: Corlear by Club Lake Champlain, halaman 358-616.
Syalabi A, 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Alhusna.





Latar Belakang Eropa ( Portugis da Spanyol) Datang ke Afrika

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan) di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.
Spanyol dan Portugis merupakan 2 bangsa eropa yang merintis pelayaran dan kolonialisasi yang terjadi di afrika. Pada abad ke 15 dimulailah penaklukkan benua Afrika oleh orang Portugis yang dimulai dengan merebut pulau Ceuta dari tangan orang-orang Islam, yang dilanjutkan dengan menduduki tanjung Bojador, Tanjung Verde, Tanjung Palmas, Pengaruh Portugis semakin besar ketika Bartholomeus Diaz telah sampai di tanjung harapan. Kemudian pelayaran orang-orang Portugis dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang melewati Tanjung Harapan dan akhirnya berhasil mencapai India . Portugis juga banyak mendirikan benteng-benteng di sepanjang pantai Afrika, benteng tersbut didirikan untuk melindungi rute perdagangan Portugis. Dapat diketahui bahwa pada waktu itu tidak hanya Portugis yang mengetahui kekayaan Alam benua Afrika, akan tetapi rival mereka Spanyol juga mengetahui hal tersebut. Untuk mencegah terjadinya konflik antara kedua negara Eropa Tersebut, akhirnya paus mengintervensi kedua negara ini, paus memiliki kekuasaan karna kedua negara ini merupakan penganut agama Katolik yang taat, sehingga kebijakan Paus akan didengarkan. Akhirnya terlahirlah perjanjian Tordesillas pada tanggal 6 Juni 1494. Perjanjian tersebut membagi dunia luar benua Eropa menjadi 2. Yaitu bagian barat untuk Portugal dan Bagian Timur untuk Spanyol. Hasilnya seluruh Afrika dan hampir seluruh benua Asia berada di bawah kekuasaan Portugal, dan Spanyol mendapatkan seluruh kekuasaan penuh di Benua Amerika. 
1.2      Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1.     Apa yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Bagaimana proses imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Apa saja dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
1.3      Tujuan dan Manfaat
1.3.1       Tujuan Pembuatan makalah ini yaitu :
1.     Menjelaskan tentang latar belakang kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Menjelaskan tentang bagaimana proses imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Menjelaskan tentang dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
 1.3.2   Manfaat pembuatan makalah ini yaitu :
1.     Memberikan informasi tentang latar belakang kedatangan bangsa Portugal dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Memberikan informasi tentang proses imperialisme bangsa Portugal dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Memberikan informasi dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
1.4       Metode Penulisan
  Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis mencari materi melalui  media massa/ internet


BAB II
PEMBAHASAN
2.1      Latar Belakang Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol ke Afrika
Hal-hal yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang ke Afrika yaitu addanya beberapa faktor-faktor pendorong diantaranya sebagai berikut:
1.   Faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia.
2.   Faktor ekonomi.
3.   Faktor ingin memperluas wilayah jajahan.
Dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan dari bangsa Barat untuk menguasai wilayah Afrika, selain faktor-faktor tersebut didukung pula semangat yanh ditimbulkan dari semboyan dari  3 G, yaitu Glory, Gold, dan Gospel. Glory memiliki arti kejayaan, Gold memiliki arti mencari kekayaan, dan Gospel memiliki arti menyebarkan agama, dalam hal ini adalah agama Nasrani. dari semboyan 3G ini menyebabkan banyak sekali negara-negara Barat untuk merealisasikannya,  khususnya semboyan Glory yang berarti kejayaan. ini menimbulkan semangat besar yang menyebabkan banyak negara-negara Eropa yang berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan di berbagai wilayah lain di belahan bumi seperti di benua Asia, benua Amerika, dan tak terkecuali di benua Afrika sebagai upaya untuk mendapatkan kejayaan dan harga diri yang lebih tinggi dari negara-negara Eropa lainnya, oleh karena itu mereka, berusaha mendapatkan wilayah jajahan yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang ada di wilayah-wilayah tersebut yang nantinya dari kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan di berbagai bidang, terutama bidang Industri dan ekonomi, dengan kata lain tanah jajahan diwujudkan semata-mata untuk mengumpulkan dan menyimpan keperluan bahan mentah dari wilayah-wilayah jajahan dan menjadi pasaran untuk hasil keluaran industri negara. Tak terkecuali sumber daya manusianya, karena dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini sudah jelas membantu negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam hal produksi, karena mereka mendapatkan suntikan dari tenaga-tenaga manusia yang mereka rekrut dari wilayah jajahannya yang jelas tenaga-tenaga manusia dari negara jajahan mereka ini sangat murah sehingga dapat menekan pengeluaran dari proses produksi industri tersebut.
2.2      Proses Imperialisme Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Afrika
2.2.1 Afrika dibawah kekuasaan portugis
Portugal merupakan salah satu negara printis eksplorasi benua Afrika, dan yang patut diketahui bahwa Portugal merupakan negara Eropa yang paling lama menjelajah Eropa. Koloni-koloni Portugal yang terpenting adalah Angola, Mozambique, dan disebelah barat ialah Guinea, dan kepulauan-kepulaun kecil seperti cape Verde, Sao Tome dan Principe. Selama lima abad Portugal berhasil menanamkan pengaruh-pengaruhnya di daerah koloni di Afrika, pada saat negara-negara Eropa yang memilki wilayah koloni di Afrika melakukan politik imperialism moderen, politik colonial Portugal tetap menggunakan system lama yang sangat unik, ketika perang dunia kedua berakhir maka muncul aliran baru di Portugal untuk memperbaruhi system politik di daerah koloni . Salah satu penyebab mengapa Portugal mempertahankan wilayahnya di daerah Angola ialah, Portugal mampu menguasai rute perdagangan budak dan emas. Pada abad ke 19 hanya ada 1832 orang kulit putih yang ada di daerah tersebut . Pertambahan jumlah orang Portugal di wilayah Angola tidak diimbangi dengan control administrasi yang lebih baik oleh pemerintah colonial, akhirnya banyak terjadi kesemerautan di daerah tersebut, keadaan ini tentu saja dapat membahayakan kedudukan pemerintah Kolonial. Selain itu jumlah penduduk kulit putih yang sedikit jumlahnya disebabkan karena, penduduk kulit putih tidak memiliki sistm kekebalan tubuh yang sama dengan penduduk pribumi, sehingga gampang sekali terserang penyakit tropis.
Proses kolonialisasi Portugal terhadap wilayah Afrika khususnya Mozambique dan Angola bisa disebabkan oleh 2 Faktor utama yaitu :
1.   Portugal mendirikan tempat penyimpanan makanan di sepanjang pantai yang dilalui oleh rute pelayaran. Tempat penyimpanan makanan ini biasanya merupakan benteng pertahanan yang sangat kokoh, walaupun memiliki benteng di pesisir pantai, tetapi orang-orang Portugis belum bisa menguasai daratan pedalaman. Timbulnya resistensi dari penduduk local menyebakan meletusnya perlawanan local, pada akhir abad ke 18 perlawanan itu berhasil diatasi dan di konferensi Berlin, negara-negara Eropa lainnya meminta agar Portugal membuktikan eksistensinya terhadap wilayah Angola dan Mozambique. Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah Kolonial Portugal lebih betindak agresif dalam menghadapi seluruh resistensi local yang dapat membahayakan kesatbilan daerah colonial. Bangsa Portugal membutuhkan waktu 13 tahun, yaitu dari tahun 1906 sampai 1919 untuk menahklukkan Angola. Mozambique dapat ditahklukkan oleh Enes dan Albuquerque, setelah dapat menahklukkan wilayah Gaza pada tanhun 1896, pengamanan di wilayah utara pun akhirnya selesai pada tahun 1904. Dengan kejatuhan Mokombe raja dari Barwe pada tahun 1918, maka perlawanan bersenjata untuk sementara berhenti . Banyaknya negara eropa yang memperebutkan benua Afrika memunculkan berbagai macam konflik antara negara Eropa itu sendiri. Portugal tersebuit mempunyai ambisi untuk memperluas daerah wilayah koloninya di Afrika mulai dari Angola hingga dapat digabungkan atau disatukan dengan Mozambique . 
2.   Terdapat keganjilan di bidang ekonomi di daerah kolonial, yaitu segala aktivitas perekonomian yang dilakukan hanya boleh dilakukan atas nama raja. Sehingga mereka kehilangan inisiatif dalam bidang ekonomi, selain itu mereka menjadi aristocrat yang sangat komersil, sehingga mereka menggunakan cara-cara feudal untuk memenuhi kebutuhan perekonomian mereka. adanya kemerdekaan Brazil pada tahun 1822 dan dihapuskan perbudakan pada tahun 1844, menyebabkan pemerintah colonial Portugal mendapatkan pukulan yang sangat telak, karena dapat diketahui bahwa komoditas ekspor yang dihasilkan oleh kawasan colonial mulai menurun. Selain itu Portugal juga telah dinilai gagal bersaing dengan negara Eropa lain dalam bidang industry. Kehadiran Portugal di Afrika kurang dirasakan, karena suatu proses Kolonialisasi tidak hanya ditopang oleh kekuatan angkatan bersenjata tetapi pembangunan ekonomi yang mampu menopang seluruh aktivitas di daerah koloni dan negeri induk, sehingga Portugal dapat mempertahankan daerah koloninya. 
         Pada saat konferensi Berlin posisi Portugal terdesak akan tetapi Portugal mendapat bantuan dari Inggris untuk mempertahankan koloninya di Angola dan Mozambique. Hal ini dilakukan Portugal untuk membendung laju pergerakan jerman yang memang mengincar daerah koloni Portugal. Bagi Portugal daerah koloni memiliki peranan yang sangat penting yaitu, daerah koloni sangat mampu untuk melindungi ekonomi mereka, karena daerah koloni menyediakan berbagai barang mentah yang digunakan sebagai bahan baku industry, bahan baku tersebut sangat murah ketimbang harga pasaran dunia pada waktu itu, sehingga hasil produksi portugis lebih murah ketimbang negara lain . Kedua hasil ekspor tersebut membuat Portugal memilki keuntungan yang besar, sehingga kekurangan anggaran mereka dapat diatasi dengan cara tersebut. Untuk mempertahankan cara ini Portugal hanya menempatkan orang-orangnya dikwasan yang strategis, dalam artian daerah trsebut merupakan wilayah yang memiliki suatu tingkat keekonomisan yang sangat tinggi. 
a.           Proses Interaksi Budaya
         Seperti negara-negara imperialis lainnya, untuk mempertahankan kekuasaannya di Afrika Portugis harus menguasai, atau melakukan suatu brain storming kepada penduduk pribumi khususnya dalam bidang Iptek, budaya dan bidang sosial, hal tersebut harus dilakukan agar tingkah laku penduduk pribumi dapat diarahkan untuk dapat memenuhi kepentingan colonial dan tidak membahayakan kestabilan pemerintah colonial. Pada awalnya penaklukkan bangsa Portugis terhadap penduduk pribumi dilakukan atas dasar keyakinan religious, yaitu mengganti tuhan-tuhan berhala yang dimiliki oleh penduduk pribumi dangan keimanan Kristiani, oleh karena itu proses penahklukkan tersebut tidak terlalu mendapatkan suatu kritikan dari Paus, walaupun pada akhirnya lambat laun motif agama tersbut beralih ke motif ekonomi.
Atas dasar agama itu juga yang menyebabkan setiap pelayaran atau penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis selalu didampingi oleh rohaniawan. Sama halnya dengan spanyol, untuk menguasai seluruh wilayah koloninya, bangsa portugis harus menyatukan bangsa pribumi kedalam satu kepemerintahan dan satu keyakinan beragama, yaitu iman Kristiani. Untuk mencapai hal tersebut banyak didirikan gereja-gereja di daerah koloni, fungsi gereja tersebut tidak lepas dari tempat pengkonversian penduduk pribumi ke agama katolik, dengan melakukan suatu pendidikan intensif yang hanya dilakukan oleh para rohaniwan ke beberapa kalangan penduduk pribumi. Mereka bermaksud untuk mengajarkan suatu tingkah laku atau kebudayaan eropa yang harus mereka tiru. 
         Gereja katolik juga memilki peranan yang sangat aktif untuk tetap menjaga ketaatan penduduk pribumi agar tidak melakukan suatu proses resistensi terhadap pemerintahan colonial, yaitu dengan cara para rohaniawan berperan aktif terhadap penduduk pribumi dengan memberikan pengetahuan dasar eropa seperti mambaca, menulis dan berhitung. Selain itu para rohaniawan tidak lupa untuk memberikan dogma iman Kristen, agar membuat penduduk pribumi ini tetap taat dan disiplin terhadap pemerintah, akan tetapi proses akulturasi ini membuat bangsa pribumi tidak memiliki kemampuan yang sama dengan bangsa kulit putih, selain itu mereka tidak bisa berpikir terbuka dan aktif . Dengan kata lain proses tersebut membuat watak bangsa pribumi tetap sebagai sebuah bangsa inferior, yang memang harus dijajah oleh bangsa Eropa yang superior.
Pada tahun 1950, politik colonial Portugal mengalami suatu perubahan yang sangat drastic, system ini hampir sama dengan yang dianut oleh Perancis. System ini lebih menitik beratkan kepada proses asimilasi budaya, yaitu persamaan ras dengan perbedaan tingkat kebudayaan . Untuk mencapai hal tersebut pemerintahan colonial membedakan menjadi tiga macam tingkat kemajuan penduduk, yang pertama ialah penduduk yang telah maju atau civilized natives, yang kedua ialah penduduk pribumi setengah maju, semi civilizd, dua kelompok tersebut hidup dikota-kota dan pinggir kota, mereka juga termasuk golongan minoritas, dan yang terakhir ialah penduduk pribumi yang belum terdidik, yang merupakan mayoritas , mereka berdiam di daerah-daerah diluar dari kota .
         Pada Juni 1951, Pemerintah portugal di bawah kediktatoran Dr. Salazer mengumumkan secara resmi bahwa koloni-koloni milik Portugal dijadikan sebuah provinsi di seberang lautan, hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut ialah pemerintah Portugal ingin menciptakan suatu imperium yang disebut “Greater Portugal”, imperium tersebut berfungsi untuk melanjutkan kejayaan Portugal seperti zaman dahulu . Konsepsi yang dianut oleh Portugal hampir sama dengan konsepsi imperium yang dimiliki oleh Perancis, hanya saja pemerintah colonial Perancis terkesan cenderung moderat, dengan memberikan suatu janji bahwa suatu saat rakyat pribumi akan diberikan kesempatan untuk melakukan suatu pemerintahan di negeri mereka sendiri. Sedangkan Portugal tidak memiliki niat untuk memberikan suatu kemerdekaan pemerintahan kepada daerah kolonialnya, hal tersebut merupakan perbedaan konsepsi antara Perancis dengan Portugal . Seperti tindakan pemerintah colonial lainnya, pemerintah Portugal berusaha melakukan suatu tindakan isolasi terhadap daerah koloninya supaya tidak ada pengaruh asing, yang mampu mengganggu kestabilan politik pemerintahan kolonial. Akan tetapi usaha tersebut menemukan suatu kegagalan, hal tersebut semakin diperparah setelah Belgia memberikan kemerdekaan kepada kongo, penduduk pribumi yang berada di daerah koloni Portugal pun menuntut kemerdekaan juga.
b.           Resistensi Penduduk Pribumi di bidang Kebudayaan 
Penduduk pribumi berhasil mempertahankan kebudayaan asli mereka dengan melakukan tardisi penyebaran suatu kisah dari mulut ke mulut, selain itu bentuk resistensi mereka terhadap orang kulit putih direpresentasikan dengan sebuah lagu, yaitu seperti yang dilakukan oleh penduduk Cuanhamas yang berada di wilaya Angola, mereka menyanyakian lagu tersebut atas ketidakadilan yang mereka derita, akibat kekalahan mereka dengan orang kulit putih.
Tidak hanya suku Cuanhamas saja yang melakukan resistensi budaya tersebut, tetapi suku-suku lainnya juga melakukan hal serupa, seperti penduduk asli Mozambique, mereka menyanyikan lagu tersebut akibat penderitaan mereka yang terusir dari kampung halaman mereka.
Pemerintah Portugal juga berusaha untuk menciptakan suatu elit di kalangan penduduk pribumi yang mempunyai tujuan memiliki suatu komunitas elit pribumi yang mempunyai kesamaan perspektif terhadap pemerintah colonial, dengan hal tersebut diharapkan bahwa elit-elit pribumi tersebut dapat menghasut kawan sebangsanya agar mau menuruti pemerintah colonial Portugal. Untuk menjadi elit tersebut dibutuhkan suatu kerja keras bagi penduduk pribumi, kedudukan elit-elit pribumi sejajar dengan bangsa Portugis, syarat yang harus ditempuh untuk menjadi elit tersebut atau biasa disebut sebagai Assimilado syarat pertama mereka harus bisa membaca serta menulis, dan menguasai kebudayaan-kebudayaan Portugal, yang kedua mereka juga harus membayar pajak yang sangat besar, sehingga hampir seluruh warga pribumi yang memiliki kemampuan menjadi Assimilado tidak mau menjadi elit tersebut, dikarenakan pajak yang sangat tinggi yang harus mereka bayar. 
2.2.2   Afrika dibawah Kekuasaan Spanyol
         Berdasarkan perjanjian Tordesillas, Portugal mempunyai hak untuk menguasai seluruh wilayah Afrika, akan tetapi Spanyol juga memproleh daerah koloni di benua Afrika. Bagi Spanyol daerah koloni yang paling berarti terletak di wilayah Maroko, karena di wilayah tersebut terpadat jumlah penduduknya, yaitu sekitar 1 juta orang. Wilayah yang sangat kecil tersebut hanya digunakan sebagai pangkalan militer untuk menjaga kestabilan negeri induk, selain itu wilayah koloni tersebut juga digunakan sebagai basis rute perdagangan antara Eropa dengan koloni Spanyol lainnya di benua Afrika dan Amerika.
         Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada Spanyol. Selain itu di tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan spanyol. Akibat ketidakberesan ditubuh militer, akhirnya terjadi pemberontakan di kalangan tentara Spanyol sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan ini menyebabkan posisi Spanyol terancam, tetapi pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol juga membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut, sehingga daerah koloni Spanyol pada masa itu merupakan salah satu daerah yang termaju, dibandingkan dengan daerah koloni di benua Afrika lainnya. Pada tahun 1956 Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan Mohammed V mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah Maroko yang masih dikuasai oleh Spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko. Akhirnya dengan dihapuskannya pemerintahan internasional di Tanger, maka akhirnya Maroko menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas desakan dunia internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.
         Pada tahun 1959, wilayah koloni Spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan yang sama dengan provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para nasionalis Guinea dan PBB, maka Spanyol akhirnya memberikan kemerdekaan pada bulan Maret 1968, setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki pendapatan tertinggi dibandingkan negara-ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka. 
2.3      Dampak Imperialisme Bagi Afrika dan Bangsa Barat
Dampak imperialisme bagi bangsa Afrika dan bangsa Barat di Afrika adalah sebagai berikut:
2.3.1 Bagi Afrika
a.   Mengenal adanya teknologi modern.
b.   Mengenal sistem perdagangan dan pemerintahan yang lebih baik.
c.    Sumber daya alam diambil oleh bangsa barat.
2.3.2   Bagi negara Barat
a.   Mendapatkan tenaga kerja yang murah.
b.   Mendapatkan SDA yang dapat meningkatkan ekonomi negaranya.
c.   Banyak mengeluarkan dana untuk memperluas wilayah jajahan.
d.   Timbulnya persaingan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan.

BAB III
PENUTUP
3.1      Kesimpulan
Rivalitas yang terjadi antara Spanyol dengan Portugal telah berlangsung sangat lama. Persaingan tersebut juga terjadi di benua Afrika, berdasarkan perjanjian Tordesillas maka seluruh wilayah di benua Afrika hanya berhak dikuasai oleh Portugal. Sebagai gantinya spanyol bebas menguasai seluruh benua Amerika. Dengan dominasai yang sangat besar sejak awal abad ke 15 Portugal mampu menguasai seluruh rute perdagangan di Afrika, dan keadaan ini bertahan hingga lebih dari 250 tahun. Ketika bangsa-bangsa Eropa lainnya tertarik dengan benua Afrika maka timbullah suatu konflik antara negara-negara tersebut, tetapi hal tersebut berhasil diatasi dengan diadaknnya konferensi Berlin, yang mengatur adanya pembagian wilayah-wilayah koloni di benua Afrika. Sejak saat itu wilayah kekuasaan Portugal didaerah benua Afrika semakin lemah. Tentu saja hal ini membahayakan kedudukan politik Portugal karena pemerintah colonial dapat saja disetir oleh para penanam modal tersebut. Selain itu keadaan wilayah koloni Spanyol di Afrika sangat kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kestabilan daerah colonial lainnya. Wilayah yang kecil tersebut bagi spanyol digunakan untuk mengamankan rute perdagangan mereka, selain itu selama mempertahankan wilayah mereka, banyak resistensi dari penduduk pribumi terutama yang telah terpengaruh oleh agama Islam.
.
3.2   Saran
         Sebagai manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan kami yakin para pembaca juga ingin lebih mengerti tentang pemerintahan Deandels dan Raffles, maka kami menyarankan para pembaca memperbanyak membaca dari sumber-sumber yang lain.


DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Portuguese_East_Africa, diakses pada 28 September ,  Pukul 11.40 WIB.
http://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_Empire, diakses pada 28 September , Pukul 11.446 WIB.
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Vita . 1969. 
Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid I1. Yogyakarta : Gadjah Mada Press. 1974.